Nama : Puri Indah Lestari
Npm : 10207858
Kelas : 2 EA 11
Dosen : Bpk Gatot
Tugas : Pendidikan Kewarganegaraan
TUGAS
Renegosiasi ACFTA: Kepentingan Nasional Harus Jadi Acuan
JAKARTA -- Perjanjian kawasan perdagangan bebas ASEAN-China (ASEAN-China Free Trade Area, ACFTA) yang melibatkan Indonesia dan mulai berlaku sejak 1 Januari 2010 patut dicermati lagi oleh semua pihak.
“Ini mengingat efek dominonya sangat luar biasa,” kata Wakil Ketua Komisi VI (Perdagangan, Perindustrian, dan BUMN) DPR, Aria Bima, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan para Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian, di Gedung DPR, Kamis (14/1/2010).
Dampak pelaksanaan ACFTA ini, menurut Aria Bima, lebih berbahaya daripada skandal Century. Sebab efeknya tak hanya sementara, melainkan bersifat permanen dan jangka panjang. Nilai kerugiannya pun bisa mencapai puluhan bahkan ratusan triliun rupiah.
Lebih dari itu, dampaknya bukan saja bisa membuat gulung tikarnya industri nasional, merajalelanya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan membengkaknya pengangguran, tapi juga semakin merosotnya kesejahteraan rakyat.
“Karena itu, kepentingan nasional atau national interest kita harus menjadi pertimbangan utama dalam renegosiasi ACFTA. Sebelum negosiasi ulang, implementasi ACFTA harus ditunda dulu. Jika tidak, kita belum selesai melakukan renegosiasi yang makan waktu lama, bisa-bisa industri nasional sudah lebih dulu tutup atau mati,” katanya.
Aria Bima menegaskan, pemerintah jangan ragu memperjuangkan kepentingan nasional di tengah arus globalisasi saat ini. Jangan karena sekadar ingin dinilai sebagai bangsa yang memegang teguh perjanjian internasional, namun kepentingan nasional justru dikorbankan dan industri dalam negeri hancur.
“Demi kepentingan nasional, Bung Karno dulu berani keluar dari PBB. Mengapa kita takut menunda atau bahkan menolak ACFTA?” kata politisi PDI Perjuangan ini.
Maka Aria Bima mendesak pemerintah, khususnya jajaran Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, untuk mengkaji untung-ruginya jika ACFTA terpaksa kita batalkan secara sepihak pelaksanaannya.
“Apa implikasinya bagi Indonesia? Apa akan dikenai sanksi oleh WTO atau dikucilkan dari perdagangan internasional? Tolong dikaji secara komprehensif. Kita harus berani memilih: kepentingan nasional atau ACFTA,” kata dia.
Rekomendasi
Sementara dalam kesimpulan rapatnya, Komisi VI DPR RI merekomendasikan kepada pemerintah untuk segera mengambil langkah menunda dan kemudian merenegosiasi ACFTA dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Ini demi menghentikan gejala deindustrialisasi yang selama lima tahun terakhir dialami Indonesia. “Mengingat masih banyak sektor industri dalam negeri yang belum siap menghadapi kesepakatan perjanjian perdagangan bebas, khususnya FTA dengan China,” tulis kesimpulan itu.
Komisi VI juga mendesak pemerintah segera mengkaji secara komprehensif kerugian dan keuntungan implementasi ACFTA bagi Indonesia. Bersamaan dengan itu, mereka juga mendesak pemerintah melakukan langkah-langkah konkret guna mendongkrak daya saing industri nasional, memperbaiki iklim usaha, dan mendayagunakan segala instrumen nontarif untuk melindungi industri dalam negeri.
Selain itu, Komisi VI juga mendesak pihak eksekutif meningkatkan koordinasi lintas sektoral maupun pemangku kepentingan, demi menyatukan persepsi dan langkah-langkah menghadapi era perdagangan bebas. Desakan ini muncul menyusul tidak sinkronnya pemaparan jajaran direktorat jenderal Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian di depan Komisi VI DPR.
Di satu sisi, presentasi pihak Kementerian Perdagangan mengatakan, ACFTA akan meningkatkan arus dan volume perdagangan antara ASEAN dan China, serta membawa keuntungan bagi Indonesia. Namun pada saat yang sama, jajaran Kementerian Perindustrian justru mengemukakan belum siapnya industri dalam negeri menyongsong pasar bebas ASEAN-China.
Jajaran Kementerian Perindustrian juga menyatakan kekhawatirannya bahwa implementasi ACFTA bisa menghancurkan industri dalam negeri dan karena itu berarti meluasnya gejala deindustrialisasi atau tutupnya pabrik-pabrik di Indonesia. Gejala yang lazimnya disusul meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan
TULISAN 1
EKONOMI INDONESIA
Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting. Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok, termasuk bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada pertengahan 1997, pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui pengambilalihan pinjaman bank tak berjalan dan asset perusahaan melalui proses penstrukturan hutang.
Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto, ekonomi
Pada pertengahan 1980-an pemerintah mulai menghilangkan hambatan kepada aktivitas ekonomi. Langkah ini ditujukan utamanya pada sektor eksternal dan finansial dan dirancang untuk meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan di bidang ekspor non-minyak. GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997, dan banyak analisis mengakui Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan struktural dalam ekonomi
Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda
Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an, yang memiliki andil atas jatuhnya rezim Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan publik
Saat ini, satu dekade kemudian,
TULISAN 2
Teroris Versi Amerika Stress Amerika
Kelompok-kelompok garis keras di AS menentang rencana sebuah organisasi Muslim Amerika yang akan menggelar kampanye tentang Islam selama bulan Ramadhan. Kelompok-kelompok itu menilai kegiatan tersebut sebagai bentuk baru serangan teroris di Amerika.
Islamic Circle of North Amerika-salah satu wadah warga Muslim Amerika-rencananya akan menggelar kampanye damai untuk memberikan informasi tentang Islam yang sebenarnya dan informasi tentang sosok Rasulullah Muhammad Saw, yang selama ini banyak disampaikan secara bias oleh media-media massa Barat. Kampanye itu dilakukan dalam rangka menyambut bulan Ramadhan yang jatuh bulan September mendatang.
Mereka akan membuat poster-poster iklan tentang Islam serta tentang Nabi Muhammad Saw yang akan dipasang di jalur-jalur kereta bawah tanah di
Namun sejumlah kelompok di AS menentang kegiatan itu. Mereka mengatakan, promosi keIslaman yang dilakukan bertepatan dengan bulan saat terjadinya serangan 11 September yang menghancurkan menara kembar
Stasiun Televisi Iran Dimasukkan Dalam Daftar Organisasi Teroris.
Anggota legislatif AS, Gus Bilirakis meminta agar Resolusi DPR AS nomor 1308 yang memuat daftar saluran televisi yang dianggap sebagai teroris diperluas cakupannya. Bilirakis meminta sejumlah saluran televisi baru dimasukkan ke dalam daftar tersebut.
Saluran TV yang diusulkan Bilirakis antara lain, saluran televisi Iran Press TV dan Al-Alam. Ia menilai kedua stasiun televisi itu masuk dalam katagori organisasi-organisasi teroris atau yang oleh AS disebut dengan istilah “Specially Designated Global Terrorist” (SDGT)
Resolusi 1308 diberlakukan sejak 26 Juni lalu untuk lembaga-lembaga penyiaran di Timur Tengah yang oleh DPR AS dianggap menghasut orang agar melakukan kekerasan terhadap AS. Dan menurut Bilirakis, stasiun-stasiun televisi
“Mereka mengatakan ‘Death to
Ia beralasan, jika jaringan-jaringan lembaga penyiaran semacam itu tidak dihentika, bisa mengakibatkan makin meningkatnya resiko radikalisasi dan perekrutan warga Amerika ke dalam organisasi-organisasi teroris.
Press TV, stasiun televisi berbahasa Inggris milik
Negara Amerika Serikat tak henti-hentinya berupaya memojokkan negara
Sejumlah analis mengatakan, tindakan AS itu menunjukkan betapa frustasinya AS karena gagal menghentikan program nuklir Negara
Pengamat masalah Iran Trita Parsi mengatakan, rencana AS memasukkan pasukan elit
Dengan memasukkan Pasukan Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris, maka pemerintahan Bush dengan leluasa bisa membatasi bisnis, termasuk melarang perusahaan-perusahaan yang bukan berasal dari AS untuk berbisnis dengan berbagai institusi keuangan milik pasukan elit Iran tersebut.
Pemerintah Bush rencananya secara formal akan menetapkan Pasukan Garda Revolusi
Dalam pertemuan itu, AS juga berniat untuk mendesak Dewan Keamanan agar menyiapkan resolusi baru buat
AS Danai Kelompok Jundullah untuk Ganggu Stabilitas Iran
Mantan Kepala Angkatan Bersenjata
Jundullah adalah kelompok teroris yang dipimpin oleh Abdolmalek Rigi dengan wilayah operasi di Baluchistan
Lebih lanjut Jenderal Baig seperti dilansir surat kabar Pakistan Daily mengungkapkan bahwa agen-agen intelejen dari pasukan koalisi pimpinan AS sangat aktif di
“
Oleh sebab itu, Baig setuju dengan keputusan Islamabad untuk menyerahkan anggota-anggota Jundullah yang tertangkap di Pakistan kepada Iran, karena mereka yang melakukan tindakan yang merugikan negara Iran maupun Pakistan harus ditindak tegas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar